Rabu, 14 Januari 2009

OBYEK WISATA BUDAYA "MUSEUM GUNUNG API BATUR"

Obyek wisata budaya dapat diartikan bahwa suatu obyek wisata yang berkaitan dengan budaya suatu daerah seperti upacara kelahiran, tari-tari tradisional, pakaian adat, perkawinan adat, upacara laut, upacara turun ke sawah, cagar budaya, bangunan bersejarah, peninggalan tradisional, festival budaya, kain tenun tradisional, tekstil lokal, pertunjukan tradisional, adat-istiadat lokal, museum, dll.

Museum Gunung Api Batur

Merupakan tempat penyimpanan benda-benda yang mempunyai sifat sejarah dan berfungsi sebagai pusat informasi media ilmu pengetahuan seperti :
- Informasi geologi secara umum
- Sarana pendidikan tentang kegunung apian
- Sebagai obyek tujuan wisata


Profile Museum Gunung Api Batur

Museum ini berlokasi di areal parkir obyek wisata Penelokan Kintamai, Bali, Indonesia atau sekitar ± 20 Km sebelah utara kota Bangli. Museum ini dibangun tiga tahap dengan biaya ’patungan’ Pemerintah Kabupaten Bangli, Propinsi Bali, dan Pusat Departemen ESDM (Energi dan Sumber Daya Mineral).

Dinamakan Museum Gunung api batur karena lokasi museum yang berdekatan dengan Gunung Batur dan juga berfungsi sebagai Pos Pengamatan Gunung Berapi di Bali. Gunung Batur merupakan salah satu bentuk kekayaan alam yang dimiliki Kabupaten Bangli yang masih aktif sampai saat ini.

Gunung Batur memiliki keindahan tersendiri diantaranya adalah kaldera yang sangat indah sehingga sangat terkenal di kalangan wisatawan baik domestik maupun manca negara. Untuk memvisualisasikan keindahan gunung Batur ini maka pemerintah pusat bekerja sama dengan pemerintah propinsi Bali dan pemerintah Kabupaten Bangli untuk mewujudkan pembangunan museum Gunung Api Batur. Pemerintah menunjuk suatu Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Bappeda) Bangli sebagai pelaksana proyek sedangkan untuk pengelolaan Museum Gunung Api Batur diserahkan kepada profesional oleh sebuah badan yang dibentuk oleh Pemkab Bangli.

Prasarana

Prasarana berupa perhubungan, meliputi jalan raya, dan terminal, sudah dapat di tempuh menggunakan segala jenis kendaraan, dan kekurangannya adalah tidak adanya sarana angkutan umum yang menuju ke lokasi museum. Sistem telekomunikasi seperti telepon, pos, telegraf, faksimili, Hotspot Internet sudah tersedia. Keamanan, pendidikan dan hiburan pun juga dapat dinikmati.

Sarana

Transportasi, bekerjasama dengan perusahaan perjalanan transportasi seperti Travel Agent, terutama Transportasi Angkutan Wisata. Fasilitas, ruang pertemuan bagi para peneliti atau ilmuwan, Ruang koleksi yang memamerkan hasil letusan gunung batur, Game tentang gunung api yang menceritakan bagaimana awalnya letusan gunung api. Teknologi, Real Time camera dan teropong yang dipakai meneropong Gunung Agung dan Gunung Batur yang hingga kini masih mengeluarkan asap dan untuk memantau kondisi dua gunung tersebut setiap hari. volcano map, Peta gunung api Indonesia yang masih aktif dan gunung api di dunia, dengan menekan tombol yang ada pada volcano map Gunung Berapi yang masih aktif dapat diketahui.

VolcanoTalks Gunung api Batur Museum

VolcanoTalks Gunung api Batur Museum yang masih dalam proses pembangunan ini mempunyai konsep desain Geo science yang meliputi preservasi, konservasi, koleksi, sarana edukasi dan rekreasi tentang hal-hal yang berkaitan dengan gunung berapi.
Hal tersebut akan dikembangkan berdasarkan nilai sejarah, kebudayaan serta mitos yang dimiliki oleh lingkungan sekitarnya.

Pembangunannya akan dilanjutkan secara bertahap dan akan disesuaikan pula dengan ciri arsitektur lokal - khas Bali. Di ruangan utama terdapat layar peta gunung berapi di Indonesia dan dunia yang mempunyai lampu-lampu kecil berwarna yang terhubung dengan panel tombol-tombol di hadapan kedua peta tersebut.

Dari fasilitas ini kita dapat mengetahui bahwa di Indonesia ternyata ada 129 gunung berapi yang semuanya masih aktif.

Rabu, 07 Januari 2009

PURA BESAKIH

Om Swastyastu,

Pura Besakih adalah pura terbesar yang ada di Bali. Pura Besakih juga sering disebut The Mother of Temple.

Lokasi
Pura Besakih terletak di Desa Besakih, Kecamatan Rendang, kabupaten Karangasem. Letak Pura ini di kaki Gunung Agung pada lereng Barat Daya pada ketinggian lebih kurang 1000 meter dari permukaan laut yang berjarak dari kota Denpasar lebih kurang 59 km. Gunung Agung yang tingginya lebih kurang 3142 meter adalah gunung yang tertinggi di bali, dan merupakan gunung berapi yang kini masih aktif. Menurut catatan yang ada, gunung Agung sudah pernah meletus lima kali yaitu pada thn 1089, tahun 1143, tahun 1189 dan terakhir pada tahun 1963, yang menimbulakn banyak korban terutama didaerah karangasem dan klungkung. Menurut perkiraan Besakih diambil dari kata "Basuki" yang artinya "Selamat" yang mana dihubungkan dengan riwayat penanaman Panca Datu (lima jenis Logam) oleh Rsi Markandeya.

Sejarah
Berdirinya Pura Besakih dengan pastinya belum dapat diapstikan, tetapi berdasarkan catatan-catat an yang terdapat dalam prasasti logam maupun lontar-lontar dapat disimpulakn bahwa Pura ini pada mulanya merupakan bangunan pelinggih kecil yang kemudian diperbesar dan diperluas secara bertahap dalam tempo yang cukup lama. Dari sumber-sumber catatan itu diketahui bahwa, pada permulaan abad ke sebelas yaitu tahun 1007 Pura Besakih sudah ada, dimana pada waktu itu masa pemerintahan Airlangga di jawa timur (1019-1042) dan empu kuturan menjadi senapati di bali, yang berkedudukan di Silayukti Padangbai kabupaten karangasem. Empu Kuturan memperbesar dan memperluas Pura Besakih dengan membangun pelinggih-pelinggih, meru-meru meniru bangunan pelinggih di jawa seperti yang ada sekarang ini. Sumber lainnya menyebutkan bahwa Maha Rsi Markandeya pindah bersama rombongan sebanyak : 8000 orang dari gunung Rawung di Jawa Timur ke Bali untuk menetap dan membuka tanah-tanah pertanian serta mendirikan Pura Besakih untuk tempat memohon keselamatan dan kesejahtraan dengan menanam Panca Datu seperti yang telah diutarakan diatas. Kemudian masa berikutnya dari jaman pemerintahan Sri Wira Kesari Warmadewa sampai masa pemerintahan Dalem Waturenggong. Pura Besakih tetap mendapatkan pemeliharaan yang baik dalam arti pelinggih-pelinggihnya diperbaiki, arealnya diperluas bahkan oleh Dhang Hyang Dwijendra (Pedanda Sakti Wawu Rauh) ditambah dengan pelinggih beruang tiga yang sekarang terdapat di Pura Penataran Agung Besakih pada sekitar abad ke 16 dimasa pemerintahan Dalem Waturenggong di Bali. Selanjutnya sampai saat ini Pura Besakih merupakan Pura terbesar di Bali, merupakan pusat tempat ibadah bagi umat Hindu di Indonesia dan berada dalam pengelolaan Parisadha Hindu Dharma Pusat. Juga dibantu oleh yayasan Prawartaka Pura Agung Besakih, dengan bantuan dari pemerintah daerah tingkat I Bali, Pemerintah daerah tingkat II se- Bali dan semua lapisan masyarakat umat Hindu Dharma.

Struktur Pura
Kelompok Pura Besakih terdiri atas 18 buah Pura yang terletak di wilayah desa Besakih dan satu buah terletak di wilayah desa Sebudhi kecamatan Selat, kabupaten Karangasem. Adapun letak Pura-Pura itu berturut-turut dari selatan ke utara adalah sebagai berikut :

1. Pura Persimpangan.
Letaknya di desa Kedungdung, di tengah-tengah ladang kurang lebih 1,5 km. Disebelah selatan Pura Penataran Agung yang merupakan Pura kecil. Di Pura ini terdapay 4 buah bangunan dan pelinggih. Fungsinya sebagai tempat persimpangan sementara Bethara Besakih, ketika diadakan upacara melasti (mencari toya ning) ke Toya Sah, ke Tegal Suci atau ke Batu Klotok yang dilakukan tiap-tiap tahun.

2. Pura Dalem Puri
Teletak disebelah utara tikungan jalan terkahir, sebelum sampai di desa Besakih kurang lebih 1 km disebelah barat daya Pura Penataran Agung Besakih. Di Pura ini terdapat 10 bangunan termasuk pelinggih berbentuk gedong beratap ijuk. Fungsinya sebagai linggih bhatari Uma dan Dewi Durga, di Pura ini juga terdapat pelinggih Sang Hyang Prajapati sebagai penguasa roh Manusia. Disebelah utara terdapat tanah lapang yang disebut tegal Penagsar.

3. Pura Manik Mas
Terletak dipinggiran sebelah kiri jalan menuju ke Pura Penatharan Agung, jaraknya lebih kurang 750 meter disebelah selatan Penataran Agung. DiPura ini terdapat 6 buah banguna dan pelinggih, termasuk pelinggih pokoknya berbentuk gedung simpan, bertiang emapt menghadap ke barat. Fungsinya sebagai linggih Ida Ratu Mas Melilit.
4. Pura Bangun Sakti
Terletak disebelah kanan jalan menuju ke Penataran Agung dan disebelah utara Pura Manik Mas. Di Pura itu terdapat empat buah bangunan dan pelinggih. Pelinggih pokok disana ialah gedong Simpan, sebagai linggih Sang Hyang Ananthaboga.

5.Pura Ulun Kulkul
Terletak lebih kurang 350 meter sebelah kiri jalan menuju Pura Penataran Agung. Di Pura ini terdapat tujuh buah bangunan dan pelinggih. Pelinggih yang terpenting disana adalah Gedong Sari beratap ijuk, sebagai linggih Dewa Mahadewa. Pura itu adalah salah satu linggih Dewa Catur Loka Phala, yaitu manifestasinya Sang Hyang Widhi yang menguasai arah barat. Warna perhiasan atau busana di Pura itu, pada waktu upacara, dipergunakan kain serba kuning.

6. Pura Merajan Selonding
terletak diseblah kiri Pura Penataran Agung, disana terdapat lima buah bangunan dan pelinggih. Di Pura itu tersimpan prasasti dan pratima-pratima, dan juga tersimpan gambelan slonding. Menurut catatan sejarah Pura itu adalah bekas bagian dari istana raja yang bernama Sri Wira Dalem Kesari. Kini Pura ini fungsinya sebagai tempat penyimpanan benda-benda Pusaka.

7. Pura Gowa
Terletak disebelah kanan jalan berhadapan dengan Pura Merajan Slonding, dikomplek itu terdapat Gowa yang besar, tetapi bagian-bagiannya sudah banyak yang runtuh. Menurut kepercayaan rakyat, Gowa itu tembus ke Gowa Lawah, disebelah timur kusamba, sebagai gowa untuk Sang Hyang Basuki. Di Pura itu terdapat empat buah pelinggih.

8. Pura Banuwa
Terletak disebelah kanan jalan dihadapan Pura Besakih, kurang lebih 50 meter dari Pura Penataran Agung. Dalam Pura itu terdapat empat buah bangunan dan pelinggih pemujaan pokok di Pura itu ditujukan kepada Dewi Sri dan setiap sasih kepitu (sekitar bulan januari). Disana diadakan upacara Ngusaba Ngeed dan Ngusaba Buluh yang bertujuan mohon kemakmuran di sawah dan di ladang.

9. Pura Mrajan Kanginan
Terletak di sebelah Timur Pura Banuwa, di Pura itu terdapat tujuh bauh bangunan dan pelinggih . Disana ada pelinggih untuk Empu Bradah.

10. Pura Hyang Aluh
Terletak disebelah barat Pura Penataran Agung yang jaraknya kurang lebih dua ratus meter. Didalam terdapat tujuh buah banguanan dan pelinggih. Pelinggih pokok pada Pura ini berbentuk Gedong untuk linggih Ida Ratu Ayu.

11. Pura Basukihan
Letaknya disebelah kanan tangga naik menuju Pura Penataran Agung, disana terdapat sepuluh buah bangunan dan pelinggih. Pelinggih pokoknya berbenuk meru dengan atapnya bertingkat sembilan, sebagai linggih Sang Hyang Naga Basuki.

12. Pura Penataran Agung Besakih
Terletak ditengah-tengah kelompok Pura yang termasuk lingkungan Pura Besakih. Komplek Pura Penataran Besakih termasuk Komplek Pura yang terbesar di Pura Besakih. Terdiri dari tujuh tingkat halaman dengan jumlah bangunan dan pelinggih seluruhnya sebanyak 53 buah. Disana terdapat meru yang besar-besar beratap tujuh tingkat 11,9,7,5,3. Pelinggih yang merupakan pemujaan pokok disana, adalah Padma Tiga sebagai linggih Sang Hyang Widhi Wasa dalam manefestasinya sebagai Tri Purusa yaitu Ciwa, Sadha Ciwa dan Parama Ciwa yang sekaligus merupakan Poros dari Pura-Pura yang lainnya.

13. Pura Batu Madeg
Terletak kurang lebih 150 meter disebelah kanan (utara) Pura Penataran Agung. Pura ini adalah komplek Pura yang besar, dan disana ada 29 buah bangunan dan pelinggih, pelinggih pokoknya berbentuk meru besar beratap ijuk beratap sebelas. Bangunan ini merupakan linggih Dewa Wisnu sebagai manefestasi Sang Hyang Widhi, yang menguasai arah sebelah utara . Warna busana di Pura tersebut adalah serba hitam.

14. Pura Kiduling Kreteg
Terletak kurang lebih 300 meter disebelah kiri (selatan) Pura Penataran Agung, daitas suatu Bukit. Didalamnya terdapat 21 buah bangunan dan Pelinggih. Pelinggih pokoknya adalah meru besar beratap tingkat sebelas sebagai linggih dewa Brahma yaitu manefestasi dari Sang Hyang Widhi sebagai penguasa arah selatan. Komplek Pura itu adalah merupakan komplek Pura yang besar hampir sama besarnya dengan komplek Pura Batu Madeg. Warna busana di Pura tersebut warna Merah.

15. Pura Gelap
Terletak kuranglebih 600 meter pada sebuah bukit sebelah timur Pura Penataran Agung. Didalamnya terdapat enam buah bangunan dan pelinggih. Pelinggih pokoknya adalah meru beratap 3 sebagai linggih Dewa Isawara yaitu manefestasi Sang Hyang Widhi sebagai penguasa arah sebelah timur. Warna busana Pura tersebut adalah warna serba putih.

16. Pura Peninjauan
Terletak kurang lebih 1 km disebelah kanan Pura Penataran Agung pada suatu bukit didalamnya terdapat duabelas buah bangunan dan pelinggih. Pelinggih palin pokok disana berbentuk meru beratap tingkat sebelas tempat Empu Kuturan memohon restu kepada Sang Hyang Widhi dalam rqangka suatu upacara di Gunung Agung.

17. Pura Pengubengan
Letaknya 1,5 km disebelah utara Pura Penataran Agung, didalamnya terdapat enam buah bangunan dan pelinggih. Fungsinya sebagai tempat "Ngayat atau ngubeng" yaitu suatu upacara permakluman kepada Sang Hyang widhi bahwa di Pura Penataran Agung akan dilangsungkan Upacara. Pelinggih pokoknya disana adalah meru beratap tingkat sebelas.

18. Pura Tirtha
Letaknya lebih kurang 300 meter disebelah timur laut Pura Pengubengan. Disana terdapat dua buah bangunan dan pelinggih dan air suci (tirtha). Jika ada upacara di komplek Pura besakih, maka di Pura inilah memohon tirtha(air suci).

19. Pura Pasar Agung
Letaknya di lereng Gunung Agung, melalui desa selat ke desa Sebudi , lalu mendaki kurang lebih empat jam mendaki ke arah utara. Pelinggihnya semua hancur waktu Gunung Agung meletus pada tahun 1963, dan menjelang karya Eka Dasa Rudra di besakih telah mulai diperbaiki secara bertahap sampai sekarang. Selain dari Pura yang disebutkan tadi disekitar Pura Besakih, masih banyak lagi Pura-Pura Pedharman, yang menjadi penyiwaan warga-warga tetapi sesungguhnya tidak bisa dipisahkan dengan Pura Agung Besakih itu sendiri.

Om Santi, Santi, Santi Om

Senin, 05 Januari 2009

INDONESIA ada di BALI ???????

Om Swasyastu,

Bagi kita warga negara Indonesia, jelas judul di atas adalah SALAH BESAR!!!! Namun bagi beberapa warga negara asing, khususnya orang-orang yang senang berwisata, menikmati budaya dna keindahan alam di seluruh dunia apa yang dikemukakan dalam judul di atas pernah ada dalam pikiran mereka kalau saja mereka tidak pernah menanyakan sebenarnya Bali itu dimana sih?

Pernah dulu waktu saya masih SD, guru saya pernah bilang bahwa ada seorang guide dari Bali yang sering ditanya oleh Touris / wisatawan asing, pertanyaannya seperti ini "Indonesia itu di sebelah mananya Bali ya?". Wah saya jadi ketawa dalam hati, masak sich Indonesia ada di sebelah Barat Bali.......ha.ha.ha.ha. Tapi walaupun demikian, memang itulah yang terjadi.

Ada sebuah cerita menarik yang pernah saya alami sendiri. Waktu itu karena saya liburan sekolah di Bandung, saya memutuskan untuk pulang ke Bali dengan menumpang sebuah bus. Pada saat bus akan berangkat, ada orang asing yang menyetop bus dan langsung naik bus, katanya mau berangkat ke Bali juga. Lalu orang asing tersebut menengok ke sana-ke sini mencari kursi kosong, kebetulan waktu itu saya duduk di depan dan di samping saya kosong, maka akhirnya orang asing itu duduk di samping saya. Dan bus pun berangkat.

Untuk beberapa lama saya hanya diam saja, karena maklum bahasa Inggris saya gak begitu bagus, dan saya jadi ragu-ragu untuk ngobrol dengan orang asing itu. Tapi akhirnya saya memberanikan menyapanya dengan ucapan "Hi", dan dia juga menjawabnya. Dengan perbendaharaan kata yang kurang saya coba merangkai-rangkai kalimat bahasa Inggris, walaupun demikian kami saling mengerti apa yang sedang kami bicarakan. Sampai akhirnya saya tahu bahwa orang asing itu berasal dari Jerman (maaf nama orang asing itu saya lupa karena kejadiannya sudah lama). Katanya dia baru paginya sampai di Jakarta (bandara udara Soekarno Hatta) trus numpang bus ke Bandung (karena bus ke Bali semuanya sudah penuh), dan dari Bandung hendak meneruskan perjalanan ke Bali.

Terus saya tanya kenapa kok mau ke Bali, mister harus turun di Jakarta, bukankah bisa langsung ke Bandara Ngurah Rai Bali. Orang asing itu menjawab "Ya, saya kira Indonesia (Jakarta / Bandara Udara Soekarno Hatta) juga bagian dari BALI!, dan dengan turun di Jakarta berarti sudah ada di Bali!". Dalam hati terbersit suatu kebanggaan saya sebagai orang Bali, ternyata di negara asing, Bali lebih dikenal daripada Indonesia. Mungkin hal tersebut dikarenakan budaya, adat istiadat, dan obyek wisatanya yang selalu terjaga dari jaman dulu hingga sekarang.

Demikianlah seulas cerita tentang Bali, yang memulai blog ini. Bagi teman-teman yang ingin sharing tentang budaya bali, obyek wisata, sejarah, adat istiadat, dan lain sebagainya, ayo kita tuliskan pendapat kita dalam blog ini.

Om Shanti Shanti Shanti Om